Selasa, 12 Januari 2016

Perjalanan Sosial dan Spiritual Menuju Provinsi Pembuat Sejarah (3)

Perjalanan Sosial dan Spiritual Menuju Provinsi Pembuat Sejarah (3)



1 Desember 2015 biasanya disambut oleh kalangan anak muda yang menyebut diri mereka “kekinian” dengan Desember Wish. Namun 1 Desember saya menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Pengalaman yang sebenarnya susah diungkapkan dengan kata-kata. Diawal saya ingin berterima kasih buat kak Amel dan Rumah Zakat yang memberikan saya kesempatan turun langsung di Halmahera Barat.


            Pagi perdana saya diawali oleh langkah kaki menuju masjid yang berjarak sekitar 600 meter dari tempat saya nginap (rumahnya kak Zul) untuk menunaikan sholat subuh. Suasana pagi yang jauh dari polusi dan kebisingan modernitas kota. Oh ia, Halmahera Barat adalah sebuah kabupaten yang memiliki kehidupan plural. Karena memang untuk Kabupaten ini diisi oleh mayoritas penduduk Kristen Protestan sekitar 60-70%, Islam berkisar 30-40% (silahkan cek data valid di BPS, lagi males baca angka pagi ini soalnya, hehehehe). Namun kehidupan di HalBar begitu kondusif, masyarakat hidup rukun bahkan saling bersaudara (saudara kandung dan dekat) walaupun berbeda agama. Ketika bencana gempa bumi terjadi, sejak awal mereka juga sudah saling bantu membantu.

            Sekitar pukul 7 pagi kami mulai mempersiapkan agenda yang akan dilakukan hari ini. Dimulai dari pembuatan wayang sederhana untuk mendongeng, hingga memastikan daftar belanjaan yang akan menjadi bantuan korban pengungsi. Begitu persiapan di rumah selesai kami bergegas menuju area perbelanjaan yang buka. Ya kemarin kami sudah terlebih dahulu mengecek daftar barang yang tersedia beserta harganya, sehingga pagi ini kami tak berlama-lama lagi di area belanja.
mempersiapkan wayang untuk dongeng

belanja bahan bantuan

bantuan donatur RZ siap dibawa ke pengunsi

            Lokasi pengungsi yang kami datangi pertama hari ini adalah pengungsi dari Desa Tuada di area makam pahlawan HalBar. Kami menyerahkan bantuan untuk posko pengungsian dan pembuatan sekolah darurat serta trauma healing. Semenjak sekolah diliburkan anak-anak tidak mendapatkan akses belajar, padahal memasuki Desember biasanya sudah akan dimulai Ujian Akhir Sekolah (UAS). Ini sangat disayangkan. Untuk pembuatan sekolah darurat sendiri kami memberikan bantuan terpal, papan tulis, spidol, penghapus, buku dan pensil sebagai sarana anak-anak belajar (catatan ini untuk memberikan pengertian bahwa sekolah tak harus bermodalkan sesuatu yang besar, ketika kita melihat suatu tempat tak memiliki akses pendidkan DIRIKANLAH SEKOLAH DARURAT! Dimanapun tempatnya, berapapun modalnya).
membuat sekolah darurat di pengusian Desa Tuada

            Kami pun  mengumpulkan anak-anak usia sekolah yang terlihat di area pengungsian untuk melakukan trauma healing berupa mendongeng dan bermain. Saat itu saya ingat dongeng yang saya bawakan adalah “berani bermimpi”. Berharap anak-anak disini mau memiliki mimpi yang besar. Tak peduli kami anak Indonesia Timur yang banyak kedala akses informasi dan transportasi. Tak peduli siapa orang tua kami disini. Tapi agar kami yakin masa depan kami akan membuat orang-orang yang mendengar kisah kami pun ikut menangis, menangis haru melihat keberhasilan kami. Eh maaf saya pakai kata “kami”, karena ini juga bentuk kegelisahan pribadi saya. Harap pembaca budiman mengerti.

            Ada quote yang berbunyi:
“Bermimpilah setinggi langit, agar kalaupun jatuh kita tetap berada di bintang-bintang”
mengajak anak-anak bermain untuk berkumpul mendengarkan dongeng
mendongeng Berani Bermimpi

            Untuk mengawali sekolah darurat yang kami buat saya pun menjadi guru dadakan untuk anak-anak (terima kasih teman-teman yang sudah kuliah guru, ternyata tak mudah ya mengajar, apalagi dengan fasilitas terbatas, hehehehe). Oh ia, pengalaman tak terlupakan yang saya katakan diawal tadi terjadi disini. Ketika saya meminta sukarelawan anak-anak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ia lagu kebangsaan kita. Disini hati saya rasanya ingin pecah. Mata ini kehilangan fokus tatapan. Arrrrrrggggh!!!! Luar biasa, tak bisa saya gambarkan bagaimana perasaan saya saat itu.


            Yang saya ingat tiga orang anak akhirnya maju kedepan dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hanya beberapa kalimat mereka bernyanyi bertiga kemudian seluruh anak-anak tanpa disuruh ikut bernyanyi. Suara tulus tentang bangsa ini, di tengah makam pahlawan HalBar, menghadap pegunungan dan tenda mereka, ditemani angin yang seakan mengikuti irama, belum lagi sinar matahari ketika mencapai puncaknya. Syukur kami berada dibayangan pohon besar yang menjadi penyaring sinar matahari. Oh luar biasa perasaan saya saat itu. Tak terasa air mata pun keluar, padahal sudah berusaha saya tahan. Rasa haru ini tentang keadaan bangsa yang seharusnya bisa jauh lebih baik dari saat ini. Pengalaman ini sangat mahal rasanya untuk bisa dibeli. Terima kasih Tuhan atas anugrahMu yang Kau sisipkan dalam sudut hati ini.
tiga orang anak Desa Tuada menyanyikan lagu Indonesia Raya
trauma healing

trauma healing
           
Sekolah Darurat Gempa Bumi Halmahera Barat
“Semua bisa menjelajah luasnya negeri ini, tapi hanya yang mau menyelami semangat bangsa yang bisa memahami negeri ini.” Wahyu.

            Singkat cerita setelah dari Desa Tuada kami menyalurkan bantuan untuk Desa Bobanehena. Tak banyak mungkin yang dapat kami berikan untuk kedua desa ini, tapi semoga dengan ini mereka lebih yakin bahwa Indonesia itu bersaudara. Setelah seluruh bantuan tersalurkan, karena sejak hari pertama kami belum sempat bertemu BPBD kami pun menyempatkan diri untuk langsung ke kantor BPBD. Syukur kami sambut baik oleh Kepala BPBD HalBar Bapak Chalid Ismail dan Sekretaris Kabupaten HalBar Bapak Abjan Sofyan.
diskusi bersama kepala BPBD Halmahera Barat Bapak Chalid Ismail

diskusi bersama Sekretaris Kabupaten Halmahera Barat Bapak Abjan Sofyan

            Inilah hari terakhir kami di Halmahera Barat, negeri yang baru dilanda gempa bumi dengan intensitas lebih dari 100 kali per hari selama beberapa hari. Semoga bencana menjauhi negeri nan kaya ini. Amiiiiin.

*end
bantuan susu dan bikuit
Salam Untuk Indonesia dari Desa Tuada, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara
sun rise di Jailolo

teman perjuangan di Jailolo

rumah adat Halmahera Barat dengan latar gunung

Masjid Besar Jailolo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar