Minggu, 20 Maret 2016

Bertemu Para Leader (3)

Bertemu Para Leader (3)
Silahkan baca dulu Bertemu Para Leader (1) dan Bertemu Para Leader (2) , ini agar gak gagal nyambung, hehehehe
Grantee 2013

Enrichment Program Paiton Energy
Dalam sesi Pak Bambang Jiwantoro (alias Mr. BJ) adalah sesi yang unik. Bagaimana tidak unik, selaku HR Manager PT. Paiton Energy (PT International Power Mitsui O&M Indonesia) beliau membuka beberapa resep di dalam dapur perusahaan.


Salah satu resep PT. Paiton Energy menemukan bibit unggul (cieee bibit unggul, hahaha) untuk membangun perusahaan adalah lewat Enrichment Program. Dimana Paiton Energy membuka kesempatan bagi fresh graduate untuk bisa belajar di Paiton Energy. Tentunya belajar disini mengikuti kurikulum dalam perusahaan. Hal yang menarik juga adalah setiap peserta Enrichment Program mendapatkan semacam satu kakak mentor (bahasa kekinian). Dengan perbandingan satu banding satu tentu proses pembelajaran akan lebih mudah.

Mr. BJ juga menjelaskan bahwa rasio pegawai yang berpindah perusahaan dari PT. Paiton Energy adalah yang terendah dibandingkan perusahaan sejenis lain. Rahasianya tentu ada dalam bagaimana perusahaan membangun loyalitas pegawainya. Dari sekian banyak cara membangun loyalitas pegawai, saya ingin bercerita tentang bagaimana Paiton Energy menghilangkan yang namanya SILO Effect.

SILO Effect adalah istilah yang digunakan dalam menggambarkan suatu keadaan dimana setiap orang atau departemen menganggap diri atau departemennya adalah yang paling penting dan paling hebat dalam perusahaan. Ibarat kata mereka membangun kerajaan baru dalam suatu kerajaan utama. Menurut Mr.BJ, untuk membunuh atau meminimalkan SILO Effect ini, Paiton Energy sejak Enrichment Program sudah menerapkan sistem untuk tiap peserta agar berpindah departemen dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar tiap peserta enrichment bisa mengetahui perusahaan secara menyeluruh. Peserta jadi tau kenapa sampai kerja departemen lain terhambat karena kesalahan departemen lain ataupun sebaliknya.

Diakhir sesi tak lupa Mr.BJ juga menyampaikan:
Tak usah takut kalau belum menemukan passion, jalani dulu apa yang ada. Karena, passion akan menemukanmu. Mr. Bambang Jiwantoro- HR dan CSR Manager PT.Paiton Energy

Socio Entrepreneurship nan menggugah
Hati yang gersang bagaikan tanah yang sudah tidak menerima hujan. Mudah hancur. Socio Entrepreneurship membawah air ke tanah nan gersang itu. Semangat wirausaha yang dibangun lima tahun terakhir oleh pemerintah tak ada salahnya. Namun dibalik usaha yang mencari untung semata, ada sebuah nilai yang bisa diperjuangkan.

Sesi akhir dari Leadership Development Seminar diisi oleh Dr.Imam B. Prasodjo. Hayo, ada yang tau beliau tidak? Kalau namanya mungkin ada yang lupa-lupa ingat, tapi lihatlah foto di bawah ini ↓↓

bersama Bapak Imam B. Prasodjo

Yupz, wajah beliau sering menghiasi TV nasional dan dimintai pendapatnya.

Kalau soal pengertian entrepreneurship saya rasa semua telah paham, bahkan banyak yang lebih paham dari saya. Jadi langsung saja tentang Socio Entrepreneurship. Pak Imam B. Prasodjo memaparkan bahwa dewasa ini semangat sosial (terutama dari anak muda) semakin menjadi-jadi. Tapi sayangnya, dampak dari semangat sosial itu belum memberikan dampak signifikan dan maksimal.

Kenapa dampaknya belum signifikan atau maksimal?

Alasan utamanya semangat sosial itu masih terkungkung sebatas penyedia jasa sosial langsung. Sebelum melanjutkan, Pak Imam memaparkan bahwa dalam semangat sosial ini ada sedikitnya 3 tahapan. Yaitu:

1. Penyedia Jasa Sosial Langsung
Banyak anak muda yang menjadi bagian dari tahap ini. Pernahkah mendengar kegiatan sunatan masal? Atau bagi-bagi makanan di pinggir jalan? Ya, dua kegiatan itu menjadi dari sekian banyaknya kegiatan sosial yang dilakukan oleh para penyedia jasa sosial langsung ini. Pertanyaannya adalah, apakah ketika kita membagikan makanan di jalanan satu dua kali akan membuat masalah kelaparan berhenti? Tentunya tidak. Membagikan makanan baik, namun sayangnya itu tidak bisa menjadi solusi permanen atas permasalahan kelaparan.

2. Aktivis Sosial
Aktivis sosial adalah mereka yang memperjuangkan sebuah nilai lewat gagasan. Bagian ini memiliki dampak sosial yang lebih luas namun tak dirasakan langsung oleh masyarakat. Pernah mendengar Munir? Aktivis yang akhirnya meninggal diracun di atas pesawat? Atau pernah mendengar Marthin Luther King Jr yang memperjuangankan kesetaraan antara kulit putih dan hitam? Merekalah adalah contoh aktivis sosial.

3. Wirausaha Sosial (Socio Entrepreneurship)
Socio Entrepreneurship menjadi sebuah harapan solusi permanen atau berdampak luas atas permasalahan sosial yang ada. Menurut Pak Imam, para pelaku Socio Entrepreneurship adalah mereka yang punya keahilian bisnis di otaknya dan hati sebagai pelaku sosial. Mereka adalah orang-orang yang berbisnis namun dengan nilai-nilai sosial yang ada.

Pernah mendengar Toms Shoe? Ya sebuah usaha bermarkaskan di AS, gambaran utamanya adalah setiap pasang sepatu yang terjual berarti perusahaan akan memberikan sepasang sepatu untuk orang kurang mampu GRATIS.

Atau pernah mendengar Sanjit Bunker Roy?
Roy mendirikan the Barefoot College, sebuah organisasi yang mengajarkan wanita buta huruf dari desa-desa terbelakang untuk menjadi dokter, insinyur, dan arsitek. Yang mengesankan adalah setiap kampus yang didirikannya menggunakan tenaga surya yang didesain dan dikembangkan sendiri oleh alumni mereka. Dalam mendirikan kampus tersebut, tujuan Roy bukanlah untuk meraih keuntungan bagi dirinya sendiri, tetapi untuk meningkatkan ekonomi dan taraf hidup wanita di negara asalnya, India (dan sebagian Afrika).

Inilah tugas bersama kita, agar gelora semangat sosial anak muda, tidak berhenti sebagai penyedia jasa sosial langsung lewat bakti sosial (BAKSOS). Yang BAKSOS ini tidak bisa memberikan dampak berkelanjutan.

Pak Imam juga memaparkan pengertian pendidikan, yaitu:
·         Learn to know,
·         Learn to be,
·         Learn to do,
·         And learn to live together in peace and harmony.

Silahkan otak pengusaha, tapi pastikan hati ke masyarakat. Imam B. Prasodjo-Founder Yayasan Nurani Dunia
Bandung, 20 Maret 2016


***bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar