(bagi yang belum baca bagian satunya klik di sini)
New Normal bagi sebagian orang mungkin adalah sebuah
teori keputusasaan. Teori yang muncul karena belum ada yang bisa memprediksi
kapan wabah COVID-19 ini bisa selesai. Belum ada perusahaan swasta yang mengklaim
keberhasilan vaksin. Belum ada Negara adidaya yang sanggup menghentikan rantai
persebaran Covid-19 secara paten di Negara-nya.
Dan
akhirnya, muncul teori New Nomal.
Teori keputusasaan bagi sebagian orang. Bagi saya pribadi ini bukanlah teori
keputusasaan. Ini merupakan hukum alamiah dimana penyesuaian itu perlu. Munculnya
kebiasaan dan standar baru. Sejak dulu Manusia selalu memiliki fase new normal kemudian dianggap menjadi
sebuah hal normal.
Dulu
manusia tidak biasa berpergian menggunakan udara sebagai perlintasan, hanya
jalur darat dan laut. Kemudian muncul new
normal dengan pesawat udara. Dulu, manusia tidak biasa mengunakan telepon
untuk berkomunikasi jarak jauh, ini sempat menjadi new normal. Dulu, hiburan utama adalah panggung lakon / pertunjukan,
sebelum muncul TV, ini new normal.
Orang dulu mendapatkan informasi lewat Koran dan TV, sekarang informasi dunia
ada digenggaman tangan, ini new normal.
Kita telah
melewati fase new normal
berkali-kali. Sadar atau tidak manusia selalu melakukan penyesuaian itu.
Dan saat
ini new normal telah dijalankan, seperti
kebiasaan menggunakan masker, jaga jarak, working
from home (saya tidak ya) dst.
Hermawan
Kartajaya (Mark plus) selaku tokoh
marketing dan perekonomian di Indonesia dalam acara Fest Volume 3 bahkan memperkenalkan istilah baru lagi yaitu post normal. Intinya, new normal adalah hal sudah berjalan
saat ini, dan post normal adalah
keadaan ketika ekonomi sudah berjalan kembali dengan kebiasan new normal yang diadaptasi.
Analogi
kondisi new normal dan post normal yang masih kita rasakan
signifikan saat ini seperti terorisme. Sejak muncul istilah terorisme, dia
tidak pernah musnah. Selalu saja ada dibelahan bumi mana pun, kelompok yang
disematkan sebagai teroris. Namun, akhirnya dunia hidup dengan istilah terorisme
sampai saat ini. Jika menunggu terorisme hilang di permukaan bumi, kemudian manusia
baru mulai beraktivitas kembali maka sudah pasti peradaban saat ini tidak akan
pernah ada.
Kita
dipaksakan hidup dengan standard baru seperti pemeriksaan barang bawaan ketika
memasuki tempat-tempat tertentu. Kita dipaksa harus memiliki identitas (seperti
paspor) untuk berpindah dari satu teritori ke teritori lain. Dan lihatlah hari
ini, semua itu terlihat normal-normal saja bukan.
Ekonomi
tidak bisa berhenti sampai vaksin ditemukan. Misal vaksin ditemukan setahun
lagi, bagaimana nasib lemak-lemak yang ada pada tubuh ini. Sudahlah, jangan
berbica tentang aku dan kamu yang memiliki cadangan lemak. Bagaimana mereka
yang hanya berpendapatan harian untuk makan satu hari setelahnya?
Uang Rp
600.000 apakah cukup hidup sebulan?
Kenyataan
ini pahit memang. Ada resiko yang harus diambil dengan memaksakan hidup di era new normal ini. Saya sendiri ketakutan
karena ada orang tua yang sudah berumur hidup dengan saya. Saya takut jika beliau
tertular via saya yang terus bekerja. Tapi, satu-satunya cara mempertahankan
Indonesia adalah dengan tetap hidup di era new
normal ini sampai post normal
nanti dan akhirnya vaksin ditemukan.
Saya secara
pribadi tetap berusaha menjaga protokol kesehatan di era new normal ini. Antara lain tidak piknik dulu, keluar untuk
keperluan mendesak, dst. Saya yakin juga pembaca budiman di sini sama. Mereka
yang berdesakan di mall dan pasar pasti bukan pembaca blog ini sih.
Tenanglah, protokol
kesehatan sudah berhasil dijalankan di beberapa Negara seperti Korea Selatan,
Jepang bahkan Vietnam. Ekonomi mereka mulai jalan. Kita harus mulai belajar dari mereka yang sudah memulai lebih dahulu atau mereka yang menerapkan new normal lebih baik.
Beberapa contoh new normal yang segera akan menjadi post normal:
Masker motif mulai diperagakan pada pagelaran busana Nigeria
Baju untuk masuk klub malam yang dinamakan MICRASHELL
Mungkin ide yang bagus jika ada pengusaha lokal yang sanggup membuat baju khusus ibadah kali ya. Semoga.
Oh iya, jangan
lupa para tenaga medis. Kalau ekonomi tidak dipaksa berjalan dengan protokol new normal ini. Dipastikan kesejahteraan
yang dijanjikan pemerintah terhadap mereka sebagai garda terakhir akan jadi angin
lalu. Rumah sakit bisa jadi tidak sanggup lagi menyediakan APD, dan
perlengkapan lainnya. Iya, karena Negara kehabisan uang seperti penjelasan pada bagian pertama.
Pekerjaan
Rumah terbesar memang ada ditangan pemerintah. Seberapa tegas mampu
mengadaptasi new normal ini agar
segera mejadi post normal. Kalau misal petugasnya yang jagain PSBB saja asik ngerokok dibawa pohon sih berat ya.
SELAMAT DATANG DI ERA BARU. NEW NORMAL.
sumber gambar: kumparan, tribun, telset, grid.id, suara.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar