Selasa, 19 Mei 2020

Menyambut New Normal (Harapan Baru Hidup Bersama COVID-19)-Bagian Akhir


(bagi yang belum baca bagian satunya klik di sini)

New Normal bagi sebagian orang mungkin adalah sebuah teori keputusasaan. Teori yang muncul karena belum ada yang bisa memprediksi kapan wabah COVID-19 ini bisa selesai. Belum ada perusahaan swasta yang mengklaim keberhasilan vaksin. Belum ada Negara adidaya yang sanggup menghentikan rantai persebaran Covid-19 secara paten di Negara-nya.

Dan akhirnya, muncul teori New Nomal. Teori keputusasaan bagi sebagian orang. Bagi saya pribadi ini bukanlah teori keputusasaan. Ini merupakan hukum alamiah dimana penyesuaian itu perlu. Munculnya kebiasaan dan standar baru. Sejak dulu Manusia selalu memiliki fase new normal kemudian dianggap menjadi sebuah hal normal.


Dulu manusia tidak biasa berpergian menggunakan udara sebagai perlintasan, hanya jalur darat dan laut. Kemudian muncul new normal dengan pesawat udara. Dulu, manusia tidak biasa mengunakan telepon untuk berkomunikasi jarak jauh, ini sempat menjadi new normal. Dulu, hiburan utama adalah panggung lakon / pertunjukan, sebelum muncul TV, ini new normal. Orang dulu mendapatkan informasi lewat Koran dan TV, sekarang informasi dunia ada digenggaman tangan, ini new normal.

Kita telah melewati fase new normal berkali-kali. Sadar atau tidak manusia selalu melakukan penyesuaian itu.

Dan saat ini new normal telah dijalankan, seperti kebiasaan menggunakan masker, jaga jarak, working from home (saya tidak ya) dst.

Hermawan Kartajaya (Mark plus) selaku tokoh marketing dan perekonomian di Indonesia dalam acara Fest Volume 3 bahkan memperkenalkan istilah baru lagi yaitu post normal. Intinya, new normal adalah hal sudah berjalan saat ini, dan post normal adalah keadaan ketika ekonomi sudah berjalan kembali dengan kebiasan new normal yang diadaptasi.

Analogi kondisi new normal dan post normal yang masih kita rasakan signifikan saat ini seperti terorisme. Sejak muncul istilah terorisme, dia tidak pernah musnah. Selalu saja ada dibelahan bumi mana pun, kelompok yang disematkan sebagai teroris. Namun, akhirnya dunia hidup dengan istilah terorisme sampai saat ini. Jika menunggu terorisme hilang di permukaan bumi, kemudian manusia baru mulai beraktivitas kembali maka sudah pasti peradaban saat ini tidak akan pernah ada.

Kita dipaksakan hidup dengan standard baru seperti pemeriksaan barang bawaan ketika memasuki tempat-tempat tertentu. Kita dipaksa harus memiliki identitas (seperti paspor) untuk berpindah dari satu teritori ke teritori lain. Dan lihatlah hari ini, semua itu terlihat normal-normal saja bukan.

Ekonomi tidak bisa berhenti sampai vaksin ditemukan. Misal vaksin ditemukan setahun lagi, bagaimana nasib lemak-lemak yang ada pada tubuh ini. Sudahlah, jangan berbica tentang aku dan kamu yang memiliki cadangan lemak. Bagaimana mereka yang hanya berpendapatan harian untuk makan satu hari setelahnya?

Uang Rp 600.000 apakah cukup hidup sebulan?

Kenyataan ini pahit memang. Ada resiko yang harus diambil dengan memaksakan hidup di era new normal ini. Saya sendiri ketakutan karena ada orang tua yang sudah berumur hidup dengan saya. Saya takut jika beliau tertular via saya yang terus bekerja. Tapi, satu-satunya cara mempertahankan Indonesia adalah dengan tetap hidup di era new normal ini sampai post normal nanti dan akhirnya vaksin ditemukan.

Saya secara pribadi tetap berusaha menjaga protokol kesehatan di era new normal ini. Antara lain tidak piknik dulu, keluar untuk keperluan mendesak, dst. Saya yakin juga pembaca budiman di sini sama. Mereka yang berdesakan di mall dan pasar pasti bukan pembaca blog ini sih.

Tenanglah, protokol kesehatan sudah berhasil dijalankan di beberapa Negara seperti Korea Selatan, Jepang bahkan Vietnam. Ekonomi mereka mulai jalan. Kita harus mulai belajar dari mereka yang sudah memulai lebih dahulu atau mereka yang menerapkan new normal lebih baik.

Beberapa contoh new normal yang segera akan menjadi post normal:

Masker motif mulai diperagakan pada pagelaran busana Nigeria

Baju untuk masuk klub malam yang dinamakan MICRASHELL





Mungkin ide yang bagus jika ada pengusaha lokal yang sanggup membuat baju khusus ibadah kali ya. Semoga.


Oh iya, jangan lupa para tenaga medis. Kalau ekonomi tidak dipaksa berjalan dengan protokol new normal ini. Dipastikan kesejahteraan yang dijanjikan pemerintah terhadap mereka sebagai garda terakhir akan jadi angin lalu. Rumah sakit bisa jadi tidak sanggup lagi menyediakan APD, dan perlengkapan lainnya. Iya, karena Negara kehabisan uang seperti penjelasan pada bagian pertama.

Pekerjaan Rumah terbesar memang ada ditangan pemerintah. Seberapa tegas mampu mengadaptasi new normal ini agar segera mejadi post normal. Kalau misal petugasnya yang jagain PSBB saja asik ngerokok dibawa pohon sih berat ya.

SELAMAT DATANG DI ERA BARU. NEW NORMAL.


sumber gambar: kumparan, tribun, telset, grid.id, suara.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar