Minggu, 14 Juli 2019

Transit di Semarang ± 8 Jam (Travelling and Teaching 20 Karimun Jawa – bagian Dua)



Aku, Esmeralda dan Larissa berangkat menggunakan Kereta Api yang diberi nama Ciremai. Aku mengartikan Ciremai dengan Cinta Bersemi Dengan Damai. Wadidaw.

 Kami bertiga (Wahyu, Intan dan Uut) memulai perjalanan dari Kota Cinta (Bandung) pukul 6.15 pagi. Untungnya kami semua cutinya di-approved, berhubung keberangkatannya hari kamis soalnya.

Sebenarnya meeting point kami langsung di Pelabuhan Jepara hari Jumat 5 Juli pukul 5 pagi. Berhubung di antara kami bertiga tidak ada yang mengenal lokasi Jepara, makanya kami memutuskan untuk datang lebih awal dan ikut sebagian rombongan dari Semarang.

KA.Ciremai membawa kami tiba di kota dengan icon Lumpia dan Bandeng sekitar pukul 2 siang. Sedangkan janji ikut rombongan Semarang adalah jam 10 Malam. Yash, masih ada waktu sekitar 8 jam untuk mencari serpihan hati disini.


Membawa gembolan (tas dan pernak perniknya) tentu membuat mobilitas kami terbatas. So, kami ucapkan terima kasih kepada WARLOG (Warga Lokal) yang sangat responsif ketika kami menanyakan apakah ada yang bersedia kami titipkan harta berharga kami (kek bawah emas batangan aja). Special thanks to kak Saber dan Kak Fara.
Taman Segitiga Erlangga yang ramai dikunjungi

Setelah menitipkan hati (aka GEMBOLAN), kami mengisi perut di Taman Segita Erlangga. Sambutan beberapa kuliner khas seperti Tahu Gimbal dan Es Dawet Durian sepertinya seruh. Lokasi strategis dekat simpang lima dengan harga kaki lima. Oh iya, ada juga iringan musing spesial klasik tapi aku lupa namanya.

tahu gimbal taman segitiga erlangga semarang
Tahu gimbal merupakan makanan klasifikasi berat yang terdiri dari bahan utama yaitu udang goreng tepung, telor ceplok, bumbu kacang dan lontong. Renyah, gurih dan cukup membuat perut terisi. Harga seporsi Rp 20.000.

Es Dawet Durian Taman Segitiga Erlangga Semarang
Sebagai desert kami memilih Es Dawet Durian, berbeda dari daerah di Jawa Tengah yang dikenal dengan Dawet Ayu atau Dawet Ireng. Di sini ternyta malah yang terkenal Dawet Duren. Secara konsep adalah dawet putih yang disuguhkan bersama duren. Walhasil rasa kuahnya aja sudah berbauh duren. Makyoooos. Harga seporsi Rp 25.000, iya, lebih mahal desert-nya dari pada makanan utama.

Sehari Menjadi Body Guard Dua Dokter Gigi Hitz Bandung
Setelah mengisi perut kami menyempatkan berkeliling Simpang Lima yang kebetulan juga sedang ada acara APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia). Bisa dibilang simpang lima lagi rame-ramenya. Mampir sholat di Masjid Raya Baiturahman selanjutnya kami mampir ke Lekker legendaris di Semarang.

Lekker Paimo, perpaduan cita rasa tradisional dan modern
Lekker Paimo, perpaduan cita rasa tradisional dan modern
Lekker Paimo, perpaduan cita rasa tradisional dan modern
Lekker terbaik seantero Bumi. Kami menyebutnya Lekker Paimo. Lekker yang secara tempat dan branding enggak banget menjadi tujuan wisata. Tapi justru itu yang menarik. Bagaimana mungkin Lekker yang dijual menggunakan sepeda modifikasi di pinggir saluran air bisa terkenal dan direkomendasikan oleh khayalak ramai. Dan ternyta rasanya itu SAVAGE. Sudahlah, silahkan dating sendiri ke Semarang dan cari di maps letak Lekker Paimo. Aku juga gak nyangka lokasi yang terdaftar di maps adalah lokasi gak permanen. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar