Memasuki umur Shanum (anak kami) empat bulan memberikan tanda bahwa kami (Wahyu dan Shanaz) sudah memasuki bulan ke 14 sebagai pasangan Suami Istri. Dalam kurun waktu ini ternyata memang tidak mudah untuk saling menyesuaikan diri dengan pasangan kami. Sudah cukup lama saling mengenal dari kejauhan tidak menjamin kita menjadi paling tahu tentang pasangan kita. But we did it , Alhamdulillah dan Bismillah.
Sebagai
salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas diri dan hidup untuk keluarga kami,
maka dalam waktu 4 bulan terakhir kami mencari kelas / komunitas untuk belajar
bagaimana menjadi pribadi yang lebih ideal terutama sebagai pasangan dan orang
tua.
Kemudian kami
mendapatkan informasi salah satu program yang intimewa yaitu Kelas Intensif Keluarga – Belajar Menjadi
Ayah dan Ibu Selaras Fitrah yang diselenggarakan oleh Sekolah Rumah Tangga (besutan Kang Ulum dan Teh Febrianti) bersama Pondok Pesantren Daarul Muthmainnah
(besutan Teh Ninih Muthmainah). Program intensif karena ternyata kita wajib
mengikuti serangkaian sesi dengan total 7
kali pertemuan.
Kami berikan kisi-kisi atas topik yang diangkat:
- Konsep Fitrah dan Islamic Wordview.
- Frame Work Pendidikan Berbasis Fitrah dan Klasifikasinya.
- Tazkiyatun Nafs.
- Peran Ayah dan Ibu Selaras Fitrah (Konsep Dual Parenting) untuk Memukallafkan Anak (Konsep Pendidikan Aqil Baligh).
- Fitrah Perkembangan dan Fitrah Keimanan Berdasarkan Cluster Usia 0-6, 7-10 dan 11-14.
- Fitrah Seksualitas Brdasarkan Cluster Usia 0-6, 7-10 dan 11-14.
- Fitrah Jasmani, Bahasa dan Estetika, Belajar dan Bernalar, Bakat, Individualitas dan Sosialitas Berdasarkan Cluster Usia 0-6, 7-10 dan 11-14
Mungkin
sekilas akan ada teman-teman netizen yang bertanya “kan jadi orang tua bisa
mengalir aja, ngapain ikut-ikutan kayak gitu? Orang tua kita dulu berhasil kok
tanpa kut-ikutan seperti itu”.
Bagi kami
itu adalah pilihan, kami (Wahyu dan Shahnaz) memiliki kekurangan masing-masing,
masih suka beda pendapat dan berselisih paham. Bagaimana anak kami bisa hidup
di sebuah kapal yang arah dan tujuannya belum tergambarkan secara jelas. Kami
tidak ingin anak kami salah arah karena nakodah salah mengambil arah.
Beruntunglah
pasangan yang mungkin sudah dilahirkan di keluarga yang memiliki gambaran jelas
dan telah diajarkan bagaimana menjadi orang tua yang baik (alias Keluarga
Cemarah). Namun, sekalipun demikian, jaman terus berbeda. Tujuan akhir mngkin
sama tapi improvisasi metode terus tetap harus dilakukan untuk menjamin
kehidupan anak kita dimasa yang akan datang.
Ingat, anak
kita paling sedikit akan mewakili tiga zaman yaitu zaman kakek neneknya (orang
tua kita), zaman kita sebagai orang tuannya dan zaman-nya sendiri. Itulah
sebabnya bukan hanya anak yang wajib untuk tumbuh dan berkembang lewat
pembelajaraan, tetapi kita sebagai orang tua juga harus mengambil ikhtiar itu.
Dan ini
perjalanan kelasnya. Here We Go…..
Wahyu dan Shahnaz...
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar