Kamis, 23 Agustus 2018

Garuda Muda Melawan Para Legenda - SPIRIT ASIAN GAMES 2018



Ada yang menarik dari perebutan mendali emas Badminton Beregu Putra. Final yang mempertemukan Indonesia dengan China tanpa disadari membuat para Garuda Muda harus melawan para pemain leganda.

Garuda Muda yang berhadap dengan legenda antara lain Jonatan Chistie (20 tahun) melawan Chen Long (29 tahun), Fajar Alfian (22 tahun)-Muhammad Rian Ardianto (22 tahun) melawan Liu Cheng (26 tahun) – Zhang Nan (28 tahun) dan pada laga pamungkas adalah Ihsan Maulana Mustofa (22 tahun) melawan Lin Dan (34 tahun).

Secara umum dari daftar pemain Indonesia yang disebutkan di atas masih berumur 22 tahun, sedangkan lawan mereka yang memiliki selisih umur paling kecil sebesar 4 tahun, yakni Liu Cheng. Chen Long adalah pesaing Lin Dan dalam memperebutkan emas dalam Olimpiade, pernah menjadi peringkat 1 dunia. Lin Dan adalah legenda hidup pemain bulu tangkis China dengan torehan 2 mendali emas pada Olimpiade. Pun demikian Zhang Nan yang juga pernah meraih Emas olimpiade.

Pertarungan secara umum memproyeksikan perang yang tidak seimbang di atas kertas. Sampai tulisan ini dimuat sedang berlangsung pertandingan antara Fajar-Ardianto melawan Liu Cheng-Zhang Nan. Tetapi inilah kehidupan, pertandingan yang secara kasat mata tidak adil sering terjadi. Lumrah memang, tetapi mayoritas publik ada yang tidak setuju jika terjadi pertarungan ini. Mayoritas berdalih dengan alasan “mencari keadilan”.


Namun, bagi sebagian orang pertarungan yang tidak adil inilah yang ditunggu. Saya sendiri menyebutnya momentum percepatan. Dengan adanya pertarungan tidak seimbang di atas kerta maka ini juga menjadi peluangan mereka yang dianggap kecil untuk bisa menyamai atau bahkan melampaui sang Legenda (Raksasa).

Jika kalah, mereka yang dianggap kecil tidak akan terlalu kehilangan banyak, akan tetapi jika menang atau pun seimbang maka yang didapat tentu tidak sedikit.

Inilah pula yang terjadi pada Jonatan Christie dimana akhirnya kalah tipis dari sang Legend Chen Long. Tetapi perlu diketahui, Jojo (sapaan Jonatan) memiliki histori 3 kali pertemuan dengan hasil 3 kali kalah sebelum ASIAN GAMES 2018 ini. Bahkan pada pertemuan terakhir tahun 2017 Jojo kalah telak dengan skor 9-21 dan 7-21 atau nyaris tanpa perlawanan. Jojo pada ASIAN GAMES ini mampu memaksa sang Legenda bertarung 3 set dan dengan selisih poin yang tidak melebihi 4 angka untuk tiap set-nya.

Bagi mereka yag pesimis dengan Indonesia mungkin tidak akan sadar akan potensi yang dimiliki oleh para Garuda Muda ini. Dengan umur belia mereka mampu membuat sang Legenda kewalahan. Bisa dibayangkan bagaimana kemajuan para Garuda Muda saat memasuki usia keemasan mereka di 25 sd 27 tahun nanti.

Maka untuk kita yang masih muda dengan sejuta angan jangan pernah menghindari pertarungan yang mungkin di atas kertas tidak seimbang. Untuk kita, bukan kalah dan menang yang penting, tetapi momentum percepatannya yang harus dikejar.

1 komentar:

  1. With a decrease boundary of 1, the crash point is 1xbet distributed roughly in an inverse sq. law. The players want to put their wager have the ability to} enter one round. During this course of, if the player “cash-outs” at a certain multiplier m, before the game ends, they win the round; in any other case they lose.

    BalasHapus