Rabu, 08 Agustus 2018

Kisah Pena Ungu


Sifat Pemimpin : Menjaga Kehormatan Staf


Pada suatu siang seorang pegawai Bank swasta, kita panggil dia Jordan, sedang mengantri untuk meminta persetujuan dari pimpinan regional. Hari itu memang sang pimpinan memiiki beberapa agenda rapat dan pertemuan. Sesekali sang pimpinan mondar mandir dari satu ruang rapat ke ruangan pimpinan regional atau pun ke toilet.

Saat sedang mondar mandir tiba-tiba sang pimpinan regional memanggil Jordan. Ternyata Jordan ditawari kue yang ada di depan meja sekretarisnya. Ada yang ulang tahun ternyata. Percakapan singkat kemudian berlanjut, sampai akhirnya sang pimpinan harus melanjutkan agendanya terlebih dahulu.

Jordan pun seketika mengambil pena ungu yang ada di meja tempat kue diletakan untuk segera duduk kembali sambil menunggu agenda sang pimpinan selesai.

Sebelum pergi ternyata sang pimpinan bersuara, “pena ungu itu punya kamu?”. Jordan dengan lantangnya mengiyakan pertanyaan ini.


Jordan berpikir sangat jarang orang menggunakan pena ungu, biasanya juga mayoritas menggunkan hitam dan biru, bukan ungu. Tapi untuk memastikannya Jordan pergi ke meja yang digunakannya untuk duduk agar dapat memastikan penanya benar tidak tertinggal di mejanya.

Hanya beberapa detik Jordan langsung melakukan konfirmasi kembali, “Benar bu, itu pena saya kok”. Jordan meletakan pena di kantong kemejanya.

Masing-masing pun melanjutkan agendanya, pimpinan Jordan bertemu dengan orang lain terlebih dahulu dan Jordan menunggu yang bersangkutan selesai.

Selang sekitar 30 menit, pimpinan regional Jordan selesai dengan agendanya dan memanggil Jordan ke ruangan. Mereka kemudian membahas apa yang menjadi tujuan Jordan menunggu beliau.

Mejelang percapakan selesai Jordan meraba saku celana  untuk mengambil handphone. Betapa terkejutnya Jordan ternyata di dalam saku celananya bukan hanya ada handphone, melainkan ada sebuah pena berwarna ungu.

Jordan tersadar bahwa sekarang dia memiliki dua pena ungu, satu di saku kemeja dan satunya lagi di saku celana.

Jordan pun langsung memberikan pena ungu yang berada di saku kemeja sambil meminta maaf, dia sadar bahwa dia salah mengambil pena.

“Saya sudah tahu itu pena saya, kebetulan salah satu bagiannya sudah patah, tapi saya tidak ingin membuat kamu malu di depan orang”, sahut sang pimpinan sambil tersenyum.

Kisah seperti Jordan mungkin sempat viral di group Whatsapp dengan konteks berbeda, kalau tidak salah cerita tentang donat. Akan tetapi saya ingin menuliskan kisah Jordan karena yang menjadi Jordan adalah saya sendiri. Dan pimpinan regional di atas adalah, saya sebut dengan hormat Ibu Nike Agustijani selaku Regional Director Maybank Jawa Barat.

Hari itu sekitar seminggu yang lalu saya mendapatkan pelajaran berharga langsung dari beliau. Selain kalimat “saya tidak ingin membuat kamu malu di depan orang”, cara dia dalam menanyakan status pulpen pun sangat baik. Dia tidak langsung mengklaim pulpen itu milik beliau, tetapi beliau menggunakan kalimat tanya “pena ungu itu punya kamu?”.

Itulah sebabnya saling menjaga kehormatan seharusnya menjadi sifat yang harus dimiliki oleh pimpinan untuk memperoleh rasa segan dari para staf. Ya tentu berbeda ketika memang kita sedang berada di forum meeting untuk menentukan kinerja dengan sistem punishment dan reward , tetapi sekalipun demikian saya pikir dalam forum seperti itu tetap ada etikanya.
Terima kasih Bu Nike atas pelajarannya. GBU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar