Rabu, 09 Maret 2016

Keluar Manado, Masuk Bandung


Sudah hampir dua bulan saya memutuskan untuk pindah domisili ke Bandung. Selama dua bulan ini saya pun banyak belajar. Sejujurnya saya berat untuk meninggalkan Manado,  karena bagi saya Manado lebih dari sebuah kota, “Manado adalah tempat darah dan keringat selama 22 tahun ini dicurahkan, penuh emosi dan cinta. Penuh rangkaian kata yang bertangkaikan makna dalam kehidupan”. Cieeee ileh, sok puitis amat ya… hahahaha


Hmmm… Memang itulah yang sejujurnya. Selama 22 tahun di Manado saya telah banyak mengenal orang dan berharap banyak juga yang mengenal saya. Apa yang menjadi kemampuan dan kekurangan saya telah diketahui orang-orang. Disitulah “percepatan” yang saya harapkan terjadi dalam 10 tahun kehidupan saya selanjutnya terjadi.

Syukur pada Tuhan semesta alam. Percepatan dalam kehidupan yang saya harapkan setelah berinvestasi selama 22 tahun di Manado menuai hasil. Selain dimasa akhir kuliah yang saya rasakan begitu indah, dengan banyaknya kesempatan mengikuti kegiatan dan menerima banyak hasilnya juga. Saya juga membuktikan bahwa investasi yang telah dilakukan selama ini tidak sia-sia, dengan adanya beberapa tawaran bekerja sebelum selesai kuliah maupun pasca wisuda. Dari perusahaan swasta, honorer instansi pemerintah, hingga perbankan. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada guru-guru dan senior-senior saya yang telah memberikan jalannya.

Hal yang saya sayangkan adalah ketika tidak bisa menerima tawaran itu karena memang semuanya adalah pekerjaan di daerah Sulawesi Utara. Ibu menginginkan agar anak satu-satunya ini hijrah ke pulau Jawa untuk merangkai mimpi lagi.

Ya… Mimpi yang dirangkai adalah mimpi dari 0. Daerah baru dengan segala halnya yang baru. Tak ada lagi posisi comfort zone (zona nyaman) yang seharusnya sudah dituai. Minim orang yang mengenal saya dan yang minimpun belum mengetahui kelebihan dan kekurangan saya.

Tapi menjelang dua bulan disini saya menyadari beberapa hal. Antara lain, betapa tertinggalnya saya dengan orang-orang hebat yang saya temui disini. Kualitas pas-pasan yang selama ini saya andalkan di Sulawesi Utara ternyata makin tidak bernilai. Comfort zone yang sudah mulai saya nikmati di Manado ternyata adalah PEMBUNUH yang nyata akan masa depan nan cerah. Memang di Manado juga terdapat orang-orang luar biasa yang jauh diatas pribadi kecil ini (kalau ukuran berat badan besar ya, heheheh). Namun karena intensitas persaingannya masih adem ayem, membuat kenikmatan akan comfort zone ini terasa berkali-kali lipat.

KTP Kabupaten Bandung telah ditangan sekitar dua minggu, maka selama dua minggu ini saya tak melakukan progres berarti untuk karir profesional saya disini. Namun apakah tujuan tulisan ini untuk menunjukan ketidak berdayaan diri ini? OH NO!!! Tulisan ini yang ingin saya jadikan titik bangkit.
Ini menjadi tulisan saya yang pertama setelah akhir januari lalu. Selama dua bulan ini saya banyak belajar. Mulai sekarang hal-hal gila yang menurut saya pantas dibagikan akan dibagikan lagi, utamanya untuk jiwa-jiwa yang sedang menanti cinta. Heheheh mblooooo :p

(beruntunglah bagi yang sudah nikah, heheheh)

Kemarin malam ada teman menelpon dan mengatakan bahwa dirinya mulai frustasi akan kehidupan pasca S1nya. Dia yang duluan wisuda dari saya. Dia sedang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai keinginan. Katanya sudah sekitar 100 lamaran yang dia masukan selama hampir setahun ini. Namun belum juga menemukan pekerjaan yang pas baginya.

Untuk dia yang sedang gundah dan untuk teman-teman lain yang masih jomblo #eeeh ini yang bisa saya sampaikan:

Ketika ke-alay-an menjadi tanda kebisuan hati,
Apakah itu salah?
Ketika senja tak kunjung berganti mentari,
Apakah itu salah?
Bukankah Tuhan memberikan penantian untuk setiap akhir nan indah?
#bersabarlah

Yupz, tak usah takut akan masa depan kita. Kerena dengan teknologi secanggih hari ini. Kita hanya berkuasa dalam “domain wilayah”. Artinya kita bisa mengtahui kejadian apapun dibelahan bumi manapun diwaktu yang sedang atau telah terjadi. Ingat! Dimanapun itu berarti hanya masalah wilayah (domain wilayah). Tapi sadarkah kita? Bahwa dalam “domain waktu” kita tak berkuasa. Kita tak bisa mengtahui kejadian yang akan terjadi dimasa depan kita. Walaupun kejadian mendatang di tempat kita berada. Tetap saja kita kita tak berkuasa atas “domain waktu”. Karena, domain waktu adalah kekuasaan Tuhan. Jadi #bersabarlah

                                                                                                                                                Bandung, 9 Maret 2016

3 komentar:

  1. Salah satu jalan mencapai mimpi ya kak? Keluar dari zona nyaman emg perlu ... hidup penuh tantangan, hidup lebih berwarna ... hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ia tin... harus memaksakan diri utk maju... walaupun tak nyaman ttp harus dipaksakan. sukses trs utk e-stock ya... pdhal klo Kak di Manado pngen bljar lg, hahaha

      Hapus
  2. Bener kak, sy juga lg mencoba keluar dari zona nyaman ckckckk. Kalau mau belajar lg, gabung aja kak dikomunitas" yg ada. Qt sarankan sih ISP atau ICMC kak :D
    Sukses yah kak ....

    BalasHapus