Kamis, 27 April 2017

The Judgement



Setelah sekitar 11 bulan masuk dalam program MDP Maybank Batch 43, akhirnya hari penghakiman (the judgement) pun tiba. Tenang saja, ini bukan film horror yang menceritakan kejombloan seseorang. Lebih dari itu, ini mengkisahkan tentang ujian komprenya seorang jomblo. Weq, horror tingkat dewa. Hehehe

Ok, bagi job hunter yang sedang mencari alternatif karir dan mau mencoba program MDP Maybank bisa baca kumpulan tulisannya pada link ini.

Masuk dalam cerita bagaimana seorang jomblo yang ujian komprehensif bisa menjadi horor. Memang diujung setiap proses pendidikan harus ada sebuah tes yang mampu mengukur tingkat keberhasian program tersebut. Kebetulan di MDP Maybank, programnya berupa ujian komprehensif. Apa saja yang diuji?? Secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu pengetahuan teori (tekstual) dan karya tulis (memo analisa bisnis).


Membaca kalimat terakhir paragraf di atas pasti membuat sebagian orang yang sudah menyelesaikan S1 atau S2 akan teringat dengan ujian skripsi-komprehensif di kampusnya. Ya memang kurang lebihnya seperti itulah. Kita masuk ke dalam ruangan yang hanya ada kita dan beberapa penguji. Suasana mencekam, suhu ruangan yang tiba-tiba turun dibawah 0 derajat dan jatung yang berdetak lebih cepat. Hahahha please deh, mungkin bahasa saya agak “drama”.

Cerita ini menjadi horor dikarenakan memang persiapan yang dilakukan lebih sederhana dibanding yang seharusnya. Ujian rabu tangal 26 April namun persiapan baru dilakukan jumat 21 April jam 6 malam (jangan lupa sabtu, minggu merupakan hari libur, plus senin 24 April kena tanggal merah juga). Belum lagi yang seharusnya ada pre-kompre pada tanggal 25 (semacam sesi persiapan menjelang kompre), eh saya malah terlambat datang karena insiden travel yang terlambat berangkat dan adanya sisah harus balik libur panjang, plus ada insiden ketika saya hampir di gerayangi salah satu mas driver ojek online. Untunglah keselamatan status jomblo saya tidak direngguk oleh mas-mas. LOL.

Hal seriusnya adalah dalam hidup hari penghakiman (The Judgement) pasti akan selalu ada. Entah itu formal atau non formal, kita akan selalu mendapat penilaian dari orang lain. Berhasil tidaknya kita dalam menjadi penyelam di dunia yang fana (bahasanya mbak @primahindarto ). Ingat, penghakiman atau penilaian ini merupakan ekspresi dari orang lain, bukan berasal dari persepsi kita atas diri sendiri. Dan yang terpenting adalah apakah hasil dari Judgement itu bisa membuat kita menjadi penyelam ulung dikemudian hari atau tidak.

Sebisa mungkin, jangan hanya fokus akan  judgement-nya, namun mintalah hasil judgement tersebut yang disertai saran. Saran setelah judgment pasti kualitasnya akan lebih baik dari pada saran yang didapat dipinggir jalan tol. Mintalah.

Jangan takut tidak bisa menjawab sebuah pertanyaan tes, tapi takutlah ketika sang penanya sudah tidak memberi saran untuk kita.

Beruntungnya saya adalah Tuhan semua pertanyaan masih bisa dijawab, ya semoga saja (tidak) lulus. *eeeh

Jakarta, 27 April 2017


sumber gambar : https://www.reference.com/government-politics/civil-judgment-mean-be25cc257e5497ed

Tidak ada komentar:

Posting Komentar