Senin, 03 April 2017

Wisata Di Sekitar Pusat Kota Sukabumi


Sukabumi, sebuah kota yang dari namanya saja bisa memberikan arti tersendiri. Iseng saja, Sukabumi bisa saya bagi menjadi dua suku kata, yaitu Suka dan Bumi. Memberikan sebuah pengertian bahwa kota ini bisa membuat kita Menyukai Bumi. Di artikel ini saya akan menceritakan pengalaman singkat saat iseng berkelana ke kota ini pada 11 sampai 12 Maret 2017.
Perjalanan ini mengambil start di Kota Bandung, menggunakan kendaraan pribadi dengan Bandung Barat-Cianjur-Sukabumi. Saat itu sekitar pukul 1 siang perjalanan dimulai. Jalan raya yang dilewati bisa saya katakan mayoritas dalam kondisi baik. Sepanjang perjaanan kita tidak akan kesusahan ketika terdapat permasalahan seputar perut, baik untuk memasukan sesuatu (makan) dan mengeluarkannya (buang air). Hehehe.
Sekitar jam setengah 5 sore kendaraan telah sampai di Kota Sukabumi. Kota yang ternyata macetnya lumayan parah. Ya mungkin dikarenakan kedatangan saya adalah hari dimana yang punya pacar jalan keluar untuk melakukan cengkrama dan para jomblo berdoa agar hujan (baca: MALAM MINGGU). Menyusuri jalan utama yang sudah menggunakan konsep satu arah begitu melelahkan dikala itu, maklum perut sudah lapar euy. T.T


Melihat kondisi perut yang sudah meminta diisi, akhirnya alun-alun menjadi tujuan pelarian pertama. Oh iya, di Sukabumi alun-alunnya agak berbeda. Saat mayoritas alun-alun diisi dengan lapangan polos berpadu taman untuk upacara atau acara rakyat. Alun-alun Sukabumi ternyata berbeda, konsepnya adalah halaman masjid agung yang ditata dengan rumput dan beberapa kursi. Dari segi luas saya meragunakan bahwa ini adalah alun-alunnya. Namun karena ada tulisan alun-alun di taman tersebut, akhirnya saya percaya juga. Hehehe. Di sekitar wilayah alun-alun banyak tempat makan dengan konsep rumah makan hingga gerobak. Berhubung saya hanya makan di rumah makan tanpa konsep jadi bagian makanannya ini saya skip ya J
Masjid Agung Sukabumi

Suasana Di Dalam Masjid Agung Sukabumi

Alun-alun Sukabumi di depan masjid agung
Setelah mengisi perut kami mencari hotel. Saya dan keluarga menginap di Hotel Rahardja Sukabumi, hotel dengan budget kelas menengah. Saran saya silahkan mencoba hotel lain J *jangan tanya kenapa, biar sensasinya beda saja, tapi kalau ada yang mau tahu alasannya japri saja ya.hehehe.
Doa Jomblo Gagal
Setelah meletakan barang dan istirhat sejenak barulah perjalanan malam minggu sesungguhnya dimulai. Sukabumi ternyata memiliki aura anak muda yang kuat, terlihat dari penuhnya mall dan cafe. Doa para jomblo untuk hujan gagal, malam berlangitkan bintang menemani aura anak muda Sukabumi. Hehehe
Oh iya, lampu jalan di Sukabumi juga memiliki ciri khas sendiri, seperti belati macan. Ok-lah untuk menjadi identitas. Oh iya, Club motor disini begitu hidup. Hampir setiap sudut kota diisi oleh club motor.
Desain Lampu Jalan Sukabumi
Hari kedua
Memulai hari dengan mencari sarapan, dijawab dengan pemandangan sebuah gerobak yang dikepung oleh masyarakat Sukabumi. Terletak tepat di depan masjid agung membuat pemandangan ini mudah ditangkap mata. Gerobak bubur ayam, ya sudahlah, dikarenakan rame jadi penasaran juga. Bubur ayam yang dijual ternyata lumayan enak, yang khas mungkin kulit ayam dan kremes gorengannya. Tapi silahkan menunggu sekitar 30 menit untuk bisa dilayani ya.
Bubur di depan Alun-alun Sukabumi

Oh iya, keanehan saya seputar alun-alun Sukabumi akhirnya terjawab juga, ternyata berjarak sekitar 50 Meter dari tulisan alun-alun terdapat sebuah lapangan dengan nama Lapangan Merdeka. Tepat juga saat itu sedang ramai-ramainya orang berolaraga. Walau alun-alun yang saya maksudkan di atas kecil namun untuk kegiatan masyarakat ternyata dilangsungkan di Lapangan Merdeka ini.
Lapangan Merdeka Sukabumi

Lapangan Merdeka Sukabumi

Lapangan Merdeka Sukabumi

Lapangan Merdeka Sukabumi

Selabintana, Hotel Wisata Untuk Umum
Untuk pendatang yang ingin wisata alam namun tidak ingin melakukan perjalanan yang lebih jauh lagi alternatifnya adalah Selabintana. Hanya berjarak sekitar 20 menit dari alun-alun membuat tempat ini bisa didatangi dengan mudah. Sebenarnya Selabintana adalah sebuah hotel berkelas yang kelihatannya sudah berdiri cukup lama, saat memasuki Selabinta tidak dipungut biaya loh, cukup membayar parkir sukarela saat keluar. Cocok untuk wisata keluarga. Terdapat kolam renang dan padang rumput yang menyejukan mata. Cocok juga untuk dijadikan tempat foto pre-wedding.
Selabinta
Selabintana

Selabintana
Di belakang hotel juga terdapat kebun teh yang bisa didatangi, sebenarnya aksesnya kebun teh ini harus memutari hotel, tapi ternyata ada jalan ilegal yang mungkin dibuat oleh warga sekitar. *Terima kasih saya jadi tidak perlu memutar, jangan ditiru ya. Hehehe.
Mochi Kaswari Lampion
Di Sukabumi kita tidak perlu khawatir dalam hal oleh-oleh. Identitas Sukabumi dengan Mochinya sudah men-Indonesia. Salah satu yang terkenal adalah mochi Kaswari. Walau tidak terletak di depan jalan raya utama, namun tokonya telah dikelola profesional dengan adanya petugas parkir yang menjadi dari jalan raya utama memasuki toko Kaswari. Untuk yang belum tahu bagaimana rasanya mochi itu, disediakan juga tester gratis. Berdoalah antriannya panjang biar bisa berkali-kali ngambil testernya. Hehehe. Mochi Kaswari Lampion sudah mengadaptasi gaya modern dengan memadukan mochi dengan berbagai rasa seperto cokelat dan durian. Harganya juga masih berkisar di 20-30 ribuan per kotak.
Mochi Kaswari Lampion

Antiran di Mochi Kaswari Lampion

Tester Mochi Kaswari Lampion



Memori tersisah dari Sukabumi 11 sd 12 Maret 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar