Senin, 12 Januari 2015

Sang Penunggu



Sang Penunggu


Syukur pada Tuhan beberapa hari terakhir ini saya mendapat spirit baru setelah membuat Proposal Hidup kembali. Kenikmatan yang kemarin saya lupa untuk mengucap syukur lewat lisan mulai saya ucapkan dalam doa, ya memang tak bisa diucapkan satu per satu namun saya mencoba merasakan apa saja yang diberikan Tuhan pada saya seharian ini.

Pribadi ini hanya mengatakan mengucap syukur lewat lisan karena memang sesungguhnya jiwa ini sering tak sanggup mengucapkan syukur lewat raga yang ada (baca:tindakan). Sering kita terlalu sombong menyepelehkan kenikmatan Tuhan yang diberikan kepada kita, jiwa nan angkuh berdiam dalam tubuh yang tegak. Ya Tuhan... Maafkan kami, pribadi yang sering khilaf atas perbuatan kami sendiri.


Satu kenikmatan yang saya lupa untuk mensyukurinya adalah kehadiran Ibunda yang tak terasa sudah sekitar tiga bulan berada bersama saya di Manado kembali. Setalah dipikir-pikir saya sering meninggalkannya sendiri untuk beraktivitas diluar tempat tinggal. Dan setelah saya pikirkan kembali terlalu banyak kegiatan pribadi yang membuang waktu.

Sadar atau tidak, hampir semua orang memiliki sang penunggu di tempat tinggalnya masing-masing. Apa yang saya maksudkan sang penunggu? Sang penunggu yang saya maksudkan bukanlah mahluk halus seperti yang ada di film-film horor, tapi seseorang yang merindukan kepulangan kita untuk hadir didekatnya. Seseorang yang akan sangat mengharapkan melihat fisik kita, mendengar suara kita dan melihat tingkah laku kita.

Siapa itu? Dia bisa ayah atau ibu kita, kakak atau adik kita, kerabat dekat atau sahabat dekat kita, suami atau istri kita, dan bisa juga anak-anak kita. See? Terlalu banyak pilihan sang penunggu yang saya maksudkan? Ayah dan ibu tak harmonis? Coba liat sang penunggu lainnya. Tak memiliki kakak atau adik? Coba liat sahabat yang mau membantu kita.

That’s true... kita memiliki banyak pilihan untuk menjadi penunggu kita.

So the question is.....

Sudahkah kita menghargai mereka?

Pagi ini sebelum menulis saya sempat menangis terharu ketika menyadari disamping kanan tempat tidur saya ada orang yang memiliki rahim tempat saya lahir ke dunia ini. Ya benar,,, dialah Ibunda saya yang selama ini menunggu saya untuk pulang kampus ataupun beraktivitas diluar. Saya ingat dia datang kesini sambil menemani saya untuk menyelesaikan kuliah saya di Manado. Teringat bagaimana saya sering melalaikan permintaan beliau dari dulu, sering menyela beliau, pernah berkata nada tinggi kepada beliau, dan berbagai macam hal yang seharusnya tak dilakukan bagi sang penunggu kita.

Sadari kita memiliki sang penunggu, dan hampir bisa dipastikan tak ada orang yang hanya memiliki satu sang penunggu. You have many!!! Coba pikirkan dari sekarang siapa saja sang penunggu kita dan mari kita berikan apa yang terbaik dari diri kita pada sang penunggu kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar