Sang Penunggu
Syukur pada Tuhan beberapa hari terakhir ini saya mendapat
spirit baru setelah membuat Proposal Hidup kembali. Kenikmatan yang kemarin saya
lupa untuk mengucap syukur lewat lisan mulai saya ucapkan dalam doa, ya memang
tak bisa diucapkan satu per satu namun saya mencoba merasakan apa saja yang
diberikan Tuhan pada saya seharian ini.
Pribadi ini hanya mengatakan mengucap syukur lewat lisan
karena memang sesungguhnya jiwa ini sering tak sanggup mengucapkan syukur lewat
raga yang ada (baca:tindakan). Sering kita terlalu sombong menyepelehkan
kenikmatan Tuhan yang diberikan kepada kita, jiwa nan angkuh berdiam dalam
tubuh yang tegak. Ya Tuhan... Maafkan kami, pribadi yang sering khilaf atas
perbuatan kami sendiri.
Satu kenikmatan yang saya lupa untuk mensyukurinya adalah
kehadiran Ibunda yang tak terasa sudah sekitar tiga bulan berada bersama saya
di Manado kembali. Setalah dipikir-pikir saya sering meninggalkannya sendiri
untuk beraktivitas diluar tempat tinggal. Dan setelah saya pikirkan kembali
terlalu banyak kegiatan pribadi yang membuang waktu.
Sadar atau tidak, hampir semua orang memiliki sang penunggu di tempat tinggalnya
masing-masing. Apa yang saya maksudkan sang
penunggu? Sang penunggu yang saya
maksudkan bukanlah mahluk halus seperti yang ada di film-film horor, tapi
seseorang yang merindukan kepulangan kita untuk hadir didekatnya. Seseorang yang
akan sangat mengharapkan melihat fisik kita, mendengar suara kita dan melihat
tingkah laku kita.
Siapa itu? Dia bisa ayah atau ibu kita, kakak atau adik
kita, kerabat dekat atau sahabat dekat kita, suami atau istri kita, dan bisa
juga anak-anak kita. See? Terlalu banyak
pilihan sang penunggu yang saya
maksudkan? Ayah dan ibu tak harmonis? Coba liat sang penunggu lainnya. Tak memiliki kakak atau adik? Coba liat
sahabat yang mau membantu kita.
That’s true...
kita memiliki banyak pilihan untuk menjadi penunggu kita.
So the question is.....
Sudahkah kita menghargai mereka?
Pagi ini sebelum menulis saya sempat menangis terharu ketika
menyadari disamping kanan tempat tidur saya ada orang yang memiliki rahim
tempat saya lahir ke dunia ini. Ya benar,,, dialah Ibunda saya yang selama ini
menunggu saya untuk pulang kampus ataupun beraktivitas diluar. Saya ingat dia
datang kesini sambil menemani saya untuk menyelesaikan kuliah saya di Manado.
Teringat bagaimana saya sering melalaikan permintaan beliau dari dulu, sering
menyela beliau, pernah berkata nada tinggi kepada beliau, dan berbagai macam
hal yang seharusnya tak dilakukan bagi sang
penunggu kita.
Sadari kita memiliki sang
penunggu, dan hampir bisa dipastikan tak ada orang yang hanya memiliki satu
sang penunggu. You have many!!! Coba pikirkan dari sekarang siapa saja sang penunggu kita dan mari kita berikan
apa yang terbaik dari diri kita pada sang
penunggu kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar