Sabtu, 31 Desember 2016

Menulis Bagi Saya (Menyiksa)



Sejak diluncurkannya buku pertama, banyak bertanya kepada saya apakah memang menulis merupakan passion saya dan apakah saya menikmatinya?

Hmmm…  Sontak pertanyaan itu membuat saya tertegun. Apakah benar saya benar mencintai dunia kepenulisan? Dan apakah saya menikmati setiap waktu yang dikorbankan untuk menulis?
Hehehehe. Sejujurnya, saya tersiksa untuk menulis. Apalagi di awal-awal saya membangun blog ini. Blog absurd yang isinya copy paste dari blog lain (pada 2011), dikala itu pribadi hanya ingin terlihat keren dengan memiliki blog sendiri. Weleh-weleh. Anak muda sombong.

Susah rasanya untuk mengorbankan waktu agar bisa menciptakan paragraf-paragraf tulisan. Ingin rasanya waktu itu dikorbankan untuk bisa membuat cerita indah bersama kekasih. *weq, Dasar Jomblo wkakakaka


Jadi jawaban saya untuk dua pertanyaan adalah TIDAK dan TIDAK. Semoga pembaca tidak kecewa, tapi ini dari lubuk hati yang terdalam.

Jika memang tidak menikmati, terus kenapa mau menulis? Hehehe, karena menulis di blog dan buku adalah daya ungkit alias leverage. Daya ungkit bagaimana? Berikut 3 point yang bisa dijabarkan:

1.       Hobi Bicara
Pria berbadan seksi ini hobi sebenarnya adalah berbicara di depan umum (mungkin butuh perhatian kali ya). Entah sudah berapa banyak kata yang keluar dari mulut ini. Tapi sayangnya dikarenakan belum jadi artis, tidak ada yang merekam ataupun menuliskan kata-kata tersebut *sedih. Nah, walaupun tidak suka menulis, tapi karena yang ditulis ya kata-kata yang dikeluarkan mulut ini sendiri. Itu membuat bebannya berkurang. Tidak perlu berpikir keras mau nulis apa, yang penting ingat saja apa yang dibicarakan.

2.       Kartu Nama
Kata Pak Jamil Azzaini (CEO Kubik Leadership), kartu nama seorang pembicara adalah buku. Hmmm, saya sih belum jadi pembicara publik, tapi punya kartu namanya tidak dosa kan ya? Minimal datang ke rumah calon mertua nanti bisa ngasih buku terbitan sendiri gitu. Bilangnya “Bu-Pak, saya udah selesai menulis 3 buku, bolehkan saya menuliskan masa depan saya bersama anak Ibu-Bapak?” *Jleeeb.

3.       Biasanya Obat Itu Pahit
Mengetahui menulis itu susah dan menyiksa, tapi hasil sebenarnya baik. Itu adalah ciri-ciri dari obat abad 21, yaitu pahit dan menyiksa. Kenapa abad 21? Ya karena makin dewasa ini obat-obatkan telah memiliki aneka rasa, strawberry , cokelat, vanilla dan sebagainya. Jadi nanti ada kemungkinan obat yang rasanya pahit (menyiksa) akan punah. Mungkin juga nanti rasa pahit cinta akan musnah kali ya? *katakan amin bagi kamu yang sedang tersiksa dengan sebuah rasa. Wkakakaka.

Bagi yang mau baca tentang buku pertama saya, silahkan klik disini.

*sekedar info, awal tahun akan diluncurkan e-book ke dua saya dengan judul P3 (alias Pengantar Perkreditan Perbankan), semoga bisa tepat tanggal satu nanti.

Cimahi, 31 Desember 2016 

sumber gambar: http://www.kompasiana.com/yudiprasetiyo/menulis-itu-apa_560cd1e4f296732805b9db45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar