Rabu, 29 Januari 2014

Speak Up!



Speak Up!


Dunia berkembang dengan begitu pesatnya, alhasil banyak ilmu pengetahuan yang berkembang. Kita lihat saja dahulu orang tidak mengenal Akuntansi dan Manajemen dalam Ilmu Ekonomi, namun dengan tututan keperluan maka lahirlah ilmu terapan seperti itu. Bahkan hal yang sederhana dan sering dilakukan setiap hari seperti berbicara melahirkan Ilmu Komunikasi. Itu semua tuntutan yang harus dipenuhi.

Speak Up...


Alkisah ada seorang bernama Alo yang disuruh membeli bahan makanan untuk membuat sup ayam karena Ibunya sedang sibuk. Dia pergi ke pasar langganan Ibunya dan memilih daging ayam, sambil menunggu datanglah seorang Ibu yang membeli ayam kampung. Alo akhirnya bingung karena sudah tidak bisa membedakan mana ayamnya dan ayam Ibu tadi. Tukang daging kemudian mengambil ayam pertama, karena dia tidak tau mana ayamnya Alo hanya diam saja karena beranggapan ini tukang ayam langganan jadi pasti sudah tau cara memotong ayamnya. Ternyata benar ayam pertama adalah ayam milik Alo dan potongan dagingnya berbeda dari biasanya.

Setelah membeli ayam dia pergi ketempat merica, Ibunya hanya menyuruh membeli merica senilai Rp 1.500 saja. Dia mengambil  4 bungkus merica kemudian bertanya kepada penjual “berapa ini?”. Sang penjual  menjawab “ini saya tambah satu lagi jadi Rp 2.000”.
Sampai dirumah tentu potongan ayam yang tidak sesuai membuat masakan kurang menarik, belum lagi merica yang tidak terpakai semua.

Yang bisa ditarik jika Alo bisa mengkomunikasikan maksud keinginannya kepada para penjual tentu daging ayam tidak akan salah dipotong dan merica tidak akan terbuang sia-sia karena kelebihan.

Itulah kejadian yang sering terjadi dimasyarakat, bayangkan itu hanya untuk berbicara di pasar saja. Bagaimana kalau kita disuruh berbicara di puluhan atau ratusan orang? Dari banyak riset yang dilakukan ternyata ketakutan akan berbicara hampir selalu menempati peringkat satu di dunia.

Quintilianus, seorang bapak ilmu retorika berkebangsaan Romawi mengatakan, “Hanya orang yang pandai bicara adalah sungguh-sungguh manusia.” Di dalam dunia musik ada lelucon yang berbunyi, “Bermain piano itu tidak sulit! Orang hanya menempatkan jari yang tepat, pada saat yang tepat, di atas tangga nada yang tepat.”

Lelucon dari dunia musik diatas juga dapat dikenakan ke dalam ilmu retorika : ”Berbicara itu sama sekali tidak sulit! Orang hanya harus mengucapkan kata-kata yang tepat, pada saat yang tepat, kepada pendengar yang tepat.” 

Apakah sesederhana diatas? Tentu tidak, para orator terbaik di dunia seperti Socrates, J. Caesar, St. Agustinus, St. Ambrosius, Martin Luther, Martin Luther King, J.F Kennedy, Soekarno dan lain-lain didapatkan dengan latihan yang terus menerus. Mereka tau kata-kata yang tepat pada saat yang tepat kepada pendengar yang tepat juga.

Speak Up bukan hanya berbicara dengan lancar namun harus memiliki arti dan sistematis. Sejarah telah membuktikan seni bicara menjadi instrumen penting dalam mempengaruhi massa. Semua profesi memerlukan kemampuan berbicara, jangankan Presiden atau Manajer, atlit saja memerlukan seni ini. Atlit profesional berprestasi pasti diundang untuk berbicara dihadapan atlit muda untuk memberikan petunjuk, dokter hebat akan dimohon menjadi pembicara diseminar-seminar. See? Semua profesi memerlukan seni ini. Jika kita ingin menjadi expert disalah-satu bidang ayo Speak Up. Latilah diri dari sekarang untuk berbicara dengan makna dan sistematis.

Mungkin beberapa qoute ini bisa menginspirasi kita:
Quintilianus mengatakan : ”Tidak ada anugrah yang lebih indah, yang diberikan oleh para dewa, daripada keluhuran berbicara.”

St. Agustinus, yang juga seorang retor, mengatakan : ”Kepandaian berbicara adalah seni yang mencakup segala-galanya.”

Sebuah pepatah tua mengatakan, ”Berbicaralah, supaya saya dapat melihat dan mengenal anda.”

Martin Luther berpendapat, ”Siapa yang pandai berbicara adalah seorang manusia; sebab berbicara adalah kebijaksanaan; dan kebijaksanaan adalah berbicara.”

Di atas selembar Papirus yang ditemukan di dalam sebuah makam tua di Mesir tertulis, ”Binalah dirimu menjadi seorang ahli pidato, sebab dengan tiu engkau akan menang.”

Seorang Mario Teguh saja dulunya adalah anak yang kurang bisa berbicara, tapi dengan usaha liatlah beliau sekarang...

***

Ada cerita karena miss komunikasi yang saya ambil dari loker seni:
Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue,

Bpk : "Sudah berapa lama jualan kue?"
Ibu : "Sudah hampir 30 tahun.
Bpk : "Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?" ...
Ibu : "Anak saya ada 4, yang
ke-1 di KPK,
ke-2 di POLDA,
ke-3 di Kejaksaan dan yang
ke-4 di DPR, jadi mereka sibuk
sekali pak..."

Presiden kemudian
menggeleng-gele -ngkan kepala karena kagum...

Lalu dengan percaya diri Bapak Presiden
berbicara kesemua hadirin yang menyertai beliau, "Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi...karen -a kalau mereka korupsi,
pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal dirumah
mewah..."

Lalu sambil mengarahkan mike
yang sedang dipegangnya ,Bapak Presiden kembali
berbicara kepada wanita penjual kue tersebut ...
Bpk : "Apa jabatan anak di POLDA, KPK,KEJAKSAAN dan DPR?"

Lalu dengan polosnya sang wanita penjual kue tersebut itu berkata :"Sama... mereka berjualan kue juga disana ..."

Bpk : @#$%$^@%
#Kejang-kejang

Qoute dari saya adalah
Sesuatu kebaikan tidak akan menjadi baik jika tidak disampaikan dengan baik”

Mohon doanya agar setelah ini saya bisa menulis tentang cara berbicara dengan baik... Terima Kasih. @wahyu_presiden

Tidak ada komentar:

Posting Komentar