Senin, 20 Januari 2014

Komitmen Palsu

Komitmen Palsu


Menyambung tulisan saya tentang euforia resolusi awal tahun (klik disini), saat ini saya akan membahas topeng komitmen atau kepalsuan komitmen. Hari ini (tepat 20 hari setelah tahun baru 2014) saya sadar saya tidak menjalankan komitmen saya dengan baik. Ada empat komitmen saya yang lepas, yaitu:

1.Menunaikan kewajiban wajib lapor lima kali sehari ke Sang Pencipta (dan akhirnya kemarin bocor juga).
2.Komitmen membuat minimal empat tulisan dalam blog ini setiap minggu (minggu lalu hanya satu tulisan).
3.Membaca minimal 30 menit sehari hal yang akan saya jadikan expert yaitu seni bicara
4.Mendengarkan Tuhan lewat kitabnya setiap hari.

Ya... Fire and forget terjadi pada hamba yang tak berdaya tanpa kekuatan dari Sang Maha Kuat. Entah pikiran apa yang merasuk hingga saya melupakan wajah Ibu saya yang akan tersenyum bahagia ketika putra satu-satunya ini berhasil menggapai cita-cita. Visualisasi saya akan itu hilang, bukan curhat colongan tujuan saya menulis ini... Tapi mengevaluasi apa yang telah saya lakukan.
Malam ini saya menangis kepada Tuhan dan memohon ampun atas segala tindakan saya. Ini hasil evaluasi saya:

1.Tidak mengaktifkan alarm. Saya saat awal tahun ini belum didukung komunitas yang biasanya ada dan yang paling penting saya lupa memberikan komitmen saya kepada Ibu saya agar bisa diingatkan akan komitmen ini.

2.Kaget dengan target yang terlalu tinggi. Akhir tahun lalu sampai awal tahun ini saya melihat sosok luar biasa, sebut saja Jamil Azzaini, Billy Boen, Merry Riana, Iman Usman dll. Saya akhirnya menyetarakan target saya dengan mereka. Karena mereka adalah pribadi-pribadi yang telah ditempah dengan begitu luar biasanya akhirnya agak berat juga langsung mengikuti mereka (kalau ditotal mungkin berat badan mereka lebih dari 400 KG,hehehe).

3.Kunci “why” hilang. Yupz kunci alasan kenapa saya harus melakukan komitmen-komitmen itu tidak ada dalam catatan awal tahun saya, padahal kalau kita tau kenapa kita menargetkan sesuatu tentu akan semakin kuat tekad dan upaya kita.

Pembaca yang budiman juga mungkin telah melupakan target maupun komitmen awal tahunnya? Itu biasa tapi akan menjadi buruk kalau dibiasakan. Kalimat penyemangat saya untuk kembali bangkit:
“Tuhan juga ingin melihat keseriusan kita”
Tapi saking seriusnya jangan sampai pembaca nahan kencing karena ngejar cita-cita ya, hehehe...
Mari berdiskusi di @wahyu_presiden

Tidak ada komentar:

Posting Komentar