Selasa, 07 Januari 2014

standard belajar

Pendidikan Bukan Bagian Persiapan Kehidupan

Tapi Merupakan Kehidupan Itu Sendiri

Tak semua orang mengerti akan standar belajar, begitu juga dengan saya pada awalnya. Hari ini saya berkunjung ke salah satu universitas di Depok dan melihat kualitas belajar mereka. Saya mengambil dua hal dari sini. Yaitu yang pertama bagaimana mereka memiliki fasilitas dan yang kedua bagaimana hasrat belajar mereka.

Pertama
Di kampus ini terdapat fasilitas berupa plaza-plaza yang mirip perpustakaan dengan dilengkapi dengan meja yang bagus, ada yang menggunakan bilik untuk belajar perseorangan serta ada yang berbentuk lingkaran maupun kotak untuk diskusi kelompok, tak lupa pula jaringan internet (ketika saya menulis ini saya menggunakan akses wi-fi milik mereka alias gratisan, hehehehe). Tak perlu password untuk menggunakan jaringannya, itu semua satu paket dengan saklar listrik yang bisa digunakan disetiap meja. Belum hanya itu, disekeliling area terdapat pula cafe yang bisa menyediakan logistik bagi petarung.
Hayooo... kampus siapakah ini??
Mungkin sebagian mahasiswa memiliki fasilitas ini, tapi tidak sedikit kampus yang belum bisa menyediakannya. Tebak apa yang saya liat (kalau merasa paranormal,xixixix), dengan fasilitas ini saya melihat banyak mahasiswa yang sibuk membaca, berdiskusi (kurang tau juga tentang apa ya), browsing dan lain sebagainya.


Kedua,
Dari aktifitas yang ada saya menilik insan-insan intelektual yang begitu semangat. Sungguh pemandangan yang mengagumkan jika dilihat sepintas. Saya terbayang jika apa yang saya liat ini terus mereka lakukan dirumah mereka. Bayangkan kapasitas yang mereka bangun dengan aktifitas seperti ini tiap harinya.

Masuk kedalam pemaknaannya....
Indonesia merupan negara yang besar namun sayang tdk sampai 50% pemuda indonesia yang melanjutkan studi hingga dunia kampus. Beruntung bagi mereka yang bisa melanjutkan studi dan beruntung juga mereka yang terputus. Banyak orang lupa akan kesyukuran bisa mengecap pendidikan yang begitu luar biasa tanpa mengingat teman-temannya yang masih terdiam,terpanah dan terpaku meratapi nasib yang belum memungkinkan mereka kuliah. Seringkali banyak mahasiswa yang asalan belajar,asalan buat tugas dan asalan ujian. Akhirnya kesempatan inilah yang menjadi kesempatan emas para pemuda yang tidak melanjutkan studi untuk tampil keedepan. Bahkan ada yang bisa memimpin sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ke 26. Beliau mampu menjadi duta besar luar biasa sampai mampu berunding dengan dunia luar untuk mengembalikan Irian Barat (sekarang Papua) ke pangkuan Ibu Pertiwi. Bahkan kemudian beliau diangkat menjadi wakil presiden Republik Indonesia yang ke 3. Dia adalah seorang .........
Adam Malik.... Sesosok manusia Indonesia yang bisa berhasil tanpa pendidikan formal.
Yang berbeda dari beliau adalah beliau tidak berhenti belajar walaupun tidak bisa mengecap pendidikan formal. Bisa dibayangkan seorang yang tidak menggunakan gelas sarjana atau doktor bisa memimpin sidang umum PBB.
Maka dari itu esensi dari standar belajar adalah bagaiman cara kita untuk belajar BUKAN standar fasilitas, standar jenjang pendidikan dan sebagainya. Bagi kita yang masih diberikan kenikmatan studi di pendidikan formal sudah selayaknya kita BERPERANG habis-habisan untuk memberikan senyuman kepada Ibu Pertiwi, orang tua dan kepada Tuhan yang memberikan kenikmatan.
Bagi yang saat ini belum berkesempatan untuk melanjutkan studi ayo HANTAM,HANCURKAN kami yang kurang bersyukur dengan kenikmatan ini agar kami bisa sadar dan kembali BERPERANG.

3 komentar: